Jurnalkitaplus – Kasus keracunan makanan yang melanda ribuan siswa akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi perhatian nasional karena menunjukkan lemahnya pengawasan dan pengelolaan dalam program pemerintah ini. Pemerintah bersama Badan Gizi Nasional (BGN) dan penyelenggara program mendapat sorotan tajam terkait tanggung jawab atas kejadian tersebut.
Dari laman Kompas diberitakan, berdasarkan data dari kemenkes ribuan siswa mengalami gangguan kesehatan usai mengonsumsi makanan dari program MBG, dengan laporan mencapai sekitar 5.360 siswa yang keracunan akibat makanan yang tidak memenuhi standar higienis dan gizi. Pemerintah menyampaikan permohonan maaf dan berjanji membentuk tim investigasi untuk mengusut tuntas akar permasalahan serta memperbaiki sistem pengawasan.
Untuk mencegah kasus serupa terjadi di sekolah lain, sejumlah langkah darurat diimbau untuk segera diterapkan. Pertama, kebersihan tangan sebelum dan sesudah makan perlu menjadi prioritas utama bagi siswa dan petugas dapur dengan menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadai. Selain itu, menjaga kebersihan dapur dan alat masak secara rutin menjadi kunci untuk mencegah kontaminasi silang yang bisa menyebabkan bakteri berkembang biak.
Dikutip dari hellosehat bahwa penyimpanan bahan makanan harus dijaga pada suhu ideal untuk menghambat pertumbuhan kuman, serta proses memasak yang benar-benar matang wajib diterapkan agar bakteri dan virus penyebab keracunan mati. Pengawasan ketat dari sekolah dan dinas terkait wajib dilakukan, disertai sertifikasi dapur yang laik higienis.
Orang tua dan masyarakat juga diimbau aktif mengawasi pelaksanaan program MBG di sekolah, sehingga keamanan dan kesehatan anak-anak dapat terpenuhi. Evaluasi menyeluruh dan perbaikan sistem distribusi makanan menjadi hal penting agar program ini dapat terus berjalan tanpa risiko membahayakan peserta didik.
Insiden ini menjadi peringatan keras bahwa keberhasilan program makan bergizi bukan hanya soal distribusi, tapi juga mutu serta keamanan makanan yang tak bisa ditawar demi masa depan generasi muda Indonesia. (FG12)